Kamis, 27 Februari 2014

Makalah

MAKALAH TEKNIK PENGELOLAAN LINGKUNGAN
BIODIESEL DARI TANAMAN JARAK SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI SOLAR

BAB I
PENDAHULUAN
    1. Latar belakang
Dunia sedang menghadapi masalah besar, ancaman serius dari polusi gas rumah kaca akibat pembakaran bahan bakar fosil. Dengan keadaan ini, sudah saatnya mencari inovasi baru pengganti bahan bakar minyak atau solar, dan Biodiesel dari Pohon Jarak menjadi jalan keluar yang cukup baik dalam hal ini. Tapi sebelumnya, kita harus mengenal pohon jarak yang penuh potensi tersebut, dengan berbagai manfaat yang dimilikinya.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam terbarui dan tidak terbarui. Di Indonesia bahan bakar minyak yang berasal dari sumber daya lam tak terbarui menjadi sumber energi utama. Penggunaan sumber daya alam tidak terbarui secara terus menerus akan mengakibatkan menipisnya cadangan minyak bumi yang sudah diketahui, kenaikan atau ketidakstabilan harga akibat laju permintaan yang lebih besar dari produksi minyak, dan polusi gas rumah kaca (terutama CO2) akibat pembakaran bahan bakar fosil.
Persentase konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia merupakan yang terbesar dan terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1990 konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 169.168 Setara Barel Minyak (SBM), angka ini adalah 40, 2% dari total konsumsi energi final. Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 2000, konsumsi BBM di Indonesia meningkat menjadi 304.142 SBM, angka ini adalah 47, 4 % dari total energi final. Dengan demikian terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam konsumsi BBM di Indonesia. Jika hal ini dibiarkan berlangsung secara terus menerus krisis energi di Indonesia tidak dapat dihindari lagi.
Menurut agus Syarif Hidayat (2005:2), selain angka konsumsi BBM yang tinggi, kecenderungan impor bahan bakar minyak di Indonesia juga terus meningkat. Pada tahun 1992 pemakaian BBM sebagai energi final sebesar 201.577 SBM sedangkan kilang minyak dalam negeri hanya mampu memasok sekitar 167.944 SBM, sehingga harus mengimpor sekitar 33.633 SBM. Angka impor BBM ini terus meningkat hingga mencapai 107.935 SBM pada tahun 2003 atau sekitar 32,75% dari total konsumsi BBM dalam negeri. Jika hal ini tetap berlangsung, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi negara pengimpor minyak sepenuhnya.
1.2. Permasalahan yang dikaji dalam makalah ini:
1. Apakah Biodiesel dari Pohon Jarak dapat menggantikan Bahan Bakar minyak/solar dengan keuntungan yang lebih banyak dibandinkan solar?
2. Bagaimana jika dilihat dari sisi lingkungan dan ekonomisnya dari Biodiesel dari Pohon Jarak?
1.3. Tujuan yang ingin dicapai:
1. Mengetahui bahwa Biodiesel dari Pohon Jarak lebih menguntungkan daripada solar maupun minyak lainnya dari sisi keamanannya, sebagaimana ada dalam pembahasan.
2. Mengetahui dari sisi lingkungan, merupakan sumber ramah lingkungan yang dapat membantu lahan-lahan kritis untuk ditanami, karena mudah hidupnya pohon jarak. Sedangkan dari sisi ekonomisnya; Indonesia dapat menghemat devisa negara, karena memiliki bahan alternatif pengganti solar (pohon jarak) yang juga sederhana dalam pembuatannya, dan dapat mendongkrak pendapatan negara, dikarenakan dunia sedang membutuhkan bahan baku sumber energi alternatif yang sebaiknya berasal dari sektor nonpangan.


BAB II
PEMBAHASAN
Sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memproduksi energi alternatif sebagai pengganti BBM. Indonesia memiliki bahan baku yang melimpah untuk membuat sumber energi alternatif yang berasal dari sumber daya alam terbarukan berupa tumbuh-tumbuhan.
Selama ini tumbuhan yang dinilai dapat menghasilkan sumber energi alternatif adalah kelapa sawit. Namun kelapa sawit tergolong tumbuhan pangan, sehingga harga kelapa sawit akan terpengaruh permintaan di sektor pangan. Oleh karena itu, bahan baku sumber energi alternatif sebaiknya berasal dari sektor nonpangan misalnya jarak pagar.
Tanaman jarak pagar merupakan salah satu tumbuhan yang dapat digunakan untuk menghasilkan sumber energi alternatif. Sumber energi yang dihasilkan dari tanaman ini berupa biodiesel yang berguna untuk menggantikan fungsi solar pada mesin diesel.
Saat ini pemerintah tengah mencanangkan program penggunaan minyak jarak pagar(Jathropa Curcas) sebagai pengganti minyak solar secara nasional. Program ini dapat berhasil dengan baik jika terjadi kerjasama yang baik diantara pemerintah dan masyarakat. Masalahnya adalah sebagaian masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan bahan bakar minyak sebagai sumber energi utama belum mengetahui adanya sumber energi alternatif ini. Untuk itulah masyarakat harus mengetahui manfaat dan keunggulan sumber energi alternatif ini agar kerjasama yang baik tersebut dapat terwujud
Tanaman Jarak Pagar
Tanaman Jarak penghasil biodiesel berasal dari jenis tanaman Jarak Pagar yang dalam bahasa Inggris bernama Physic Nut dengan nama Jatropha curcas. Tanaman ini merupakan tanaman semak yang termasuk keluarga Euphorbiaceae.
Tanaman Jarak Pagar memiliki cabang-cabang yang tidak teratur dengan tinggi batang 1-7 meter. Batangnya berkayu, berbentuk silindris, dan memiliki tonjolan-tonjolan bekas tangkai daun yang gugur. Bila dipatahkan atau terluka batangnya akan mengeluarkan getah berwarna putih, kental dan agak keruh.
Daun tanaman ini tersebar di sepanjang batang. Permukaan atas dan bawah daun berwarna hijau, tetapi permukaan bawah lebih pucat dari permukaan atas. Daun berbentuk jantung atau bulat telur. Tulang daun menjari dengan 5-7 tulang utama. Tangkai daun panjang, sekitar 4-15 cm.
Bunga tanaman ini berupa bunga majemuk berbentuk malai, berwarna kuning kehijauan, berkelamin tunggal dan berumah satu. Baik bunga jantan maupun betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan. Bunga ini muncul di ujung batang atau di ketiak daun. Kelopak bunga berjumlah lima yang berbentuk bulat telur.
Buah tanaman Jarak Pagar berupa buah kotak berbentuk bulat telur dengan diameter 2-4 cm. Buah ini berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika sudah masak. Buah terbagi menjadi tiga ruang masing-masing ruang berisi satu biji yang berbentuk bulat lonjong, berwarna coklat kehitaman dan mengandung banyak minyak.
Tanaman Jarak Pagar (Jathropa Curcas) berasal dari Afrika Selatan Tanaman ini sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak dekade 40-an, saat penjajah Jepang menggunakan minyak jarak untuk penerangan di rumah-rumah dan sumber energi untuk menggerakkan alat-alat perang.
Tanaman ini tumbuh liar atau ditanam penduduk sebagai pagar. Dapat tumbuh dengan baik di tanah yang tidak begitu subur dan beriklim panas, dari dataran rendah sampai ketinggian 300 meter di atas permukaan laut.
Tanaman ini tahan kekeringan dan mulai berbuah dalam waktu lima bulan. Tumbuhan ini produktif penuh saat berumur lima tahun, dan usia produktifnya mencapai 50 tahun.
Semua bagian tanaman ini berguna, daunnya dapat digunakan sebagai makanan ulat sutra, antiseptik, dan antiradang. Getahnya untuk penyembuh luka dan pengobatan lain. Yang paling tinggi manfaatnya adalah buahnya, daging buahnya digunakan untuk pupuk hijau dan produksi gas, sementara bijinya untuk pakan ternak dan untuk bahan bakar pengganti minyak diesel (solar) dan minyak tanah.
Minyak Jarak Pagar
Minyak dari tanaman jarak pagar termasuk minyak lemak. Minyak lemak yang menjadi bahan baku biodiesel adalah bahan bakar terbarukan, karena berasal dari tumbuh-tumbuhan. Di negara kita bnyak sekali terdapat tumbuh-tumbuhan penghasil minyak lemak. Tak kurang dari 50 jenis tumbuhan bisa diolah menjadi sumber bahan bakar alami, contoh paling populer adalah sawit, kelapa, jarak pagar, dan kapok atau randu (Soerawidjaya, dkk.:2005) .
Potensi terbesar tanaman Jarak Pagar terdapat pada buah yang terdiri dari biji dan cangkang (kulit). Pada biji terdapat inti biji dan kulit biji. Inti biji ini yang menjadi bahan dasar pembuatan biodiesel, sumber energi pengganti solar. Setelah melalui proses pemerahan, dari inti biji akan dihasilkan bungkil perahan, yang kemudian diekstraksi. Hasilnya berupa minyak Jarak Pagar dan bungkil ekstraksi. Minyak jarak pagar digunakan untuk penyabunan dengan hasil akhir berupa sabun dan metanolisis/etanolisis yang kemudian diproses menjadi biodiesel dan gliserin. Sedangkan bungkil ekstraksi bisa menghasilkan pupuk, menjadi bahan dasar pembuatan biogas pengganti minyak tanah, dan melalui proses ekstoksifikasi dapat menghasilkan pakan ternak.
Minyak yang dihasilkan dari biji Jarak Pagar termasuk dalam minyak lemak (fatty oil).Minyak ini berwujud cairan bening berwarna kuning dan tidak menjadi keruh meski disimpan dalam waktu yang lama.
Minyak Jarak Pagar bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Pertama, melalui thermal atau catalytic cracking akan dihasilkan gas, gasoline, kerosin dan diesel, yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Kedua, melalui esterifikasi transesterifikasi akan dihasilkan produk berupa biodiesel yang digunakan untuk pembangkit genset, kendaraan diesel dan kompor jarak pagar.
Menurut Rieska Wulandari (2005:1), minyak Jarak Pagar yang dihasilkan dari cangkang biji jarak memiliki komposisi kimia berupa lemak kasar 47,25 persen, protein kasar 24,60 persen, serat kasar 10,12 persen, kelembaban 5,5 persen, abu 4,50 persen dan karbohidrat 7,99 persen. Minyak ini juga memiliki kandungan iodin yang tinggi, yaitu 105,2 mg iodin/g. Biji jarak yang mengandung minyak kadar tinggi mudah untuk diekstraksi. Sementara itu kandungan asam lemak tak jenuh yang mencapai 90 persen sangat potensial untuk dijadikan pengganti minyak sawit dalam aplikasi nonpangan.
Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar
Proses pengolahan minyak jarak untuk menghasilkan biodiesel relatif mudah. Untuk menghasilkan minyak dalam skala kecil (0,5-0,6 ton perawatan hari) cukup dengan mengepres biji jarak yang sudah kering menggunakan mesin diesel satu silinder, sehingga menghasilkan minyak jarak kasardan bungkil.
Tahap selanjutnya adalah menyaring menggunakan mesin penyaring sehingga dihasilkan minyak jarak bersih. Kemudian dilakukan proses pemurnian terhadap minyak jarak yang sudah bersih sampai menghasilkan minyak jarak murni yang siap dijual.
Biodiesel yang diperoleh dari tanaman jarak berupa minyak jarak yang diperoleh dari biji jarak. Menurut Tatang H. Soerawidjaya (2005:1) biodiesel yang dihasilkan dari tanaman Jarak Pagar merupakan minyak lemak semimulus (semi refined fatty oil), yang telah dibersihkan dari fosfor dan asam-asam lemak. Dalam hal ini fosfor merupakan zat yang merugikan karena mesin diesel dapat mengubah fosfor ini menjadi garam atau asam fosfat yang mengendap menjadi kerak di dalam kamar pembakaran atau terbawa keluar sebagai pencemar udara oleh emisi gas buang.


Keunggulan Biodiesel dari Tanaman Jarak Dibandingkan dengan Solar
Menurut Dody Hidayat (2005:1), dibandingkan dengan minyak solar, biodiesel memiliki angka cetane yang lebih tinggi dan daya lumas yang lebih baik. Minyak jarak pagar memiliki angka setana 51 sedangkan solar 45. Angka setana (cetane rating) adalah tolak ukur kemudahan menyala/terbakar dari suatu bahan bakar di dalam mesin diesel. Semakin tinggi angka setane semakin aman emisi gas buangnya, karena bahan bakar dapat terbakar dengan sempurna, sehingga kadar emisi gas sulfur (SOx), nitrogen (NOx) dan karbon yang termasuk dalam gas-gas rumah kaca lebih rendah.
Selain itu dalam membangkitkan tenaga listrik, biodiesel tidak memerlukan genset baru karena minyak jarak dapat langsung digunakan pada genset yang sudah ada.
Manfaat Penggunaan Biodiesel dari Tanaman Jarak terhadap Lingkungan
Penggunaan bahan bakar fosil telah meninbulkan berbagai dampak buruk bagi lingkungan. Seperti meningkatnya kadar gas rumah kaca di atmosfer bumi. Jika hal ini dibiarkan secara terus menerus, maka pemanasn global adalah konsekuensi yang harus dihadapi oleh seluruh penduduk bumi.
Sebagai salah satu sumber energi alternatif, Biodiesel dari tanaman jarak dapat dikategorikan sebagai sumber energi ramah lingkungan. Karena menurut Humas (2005:2), pembakaran mesin yang berbahan bakar biodiesel menghasilkan emisi gas buang, asap dan partikel, yang lebih rendah. Angka setane yang lebih tinggi dibandingkan solar membuat kadar emisi gas karbon, nitrogen, dan sulfur lebih rendah.
Selain itu, penggunaan biodiesel dari tanaman Jarak Pagar membuka kemungkinan penanaman kembali lahan-lahan kritis yang ada di Indonesia. Menurut Humas (2005:2), saat ini terdapat 13 juta hektar lahan kering di seluruh Indonesia. Mengingat tanaman Jrak Pagar merupakan tanaman yang dapat tumbuh di lahan keirng dan kurang subur,maka dengan menggunakan biodiesel di Indonesia, lahan-lahan kering tersebut akan dapat ditanami kembali.
Penanaman kembali lahan-lahan kritis di Indonesia akan memberikan dampak yang positif bagi lingkungan, karena akan membentuk suatu sumber penghasil gas oksigen yang sangat penting bagi kehidupan, mengurangi pencemaran oleh gas-gas rumah kaca, dan membentuk suatu benteng penahan banjir dan longsor
Manfaat Penggunaan Biodiesel dari Tanaman Jarak bagi masyarakat Indonesia di Bidang Ekonomi
Dengan dihijaukannya kembali lahan-lahan kritis, berarti akan membuka lapangan pekerjaan baru yang layak bagi masyarkat. Mereka dapat bekerja sebagai petani yang menanam dan merawat tanaman-tanaman jarak yang akan digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Buah jarak yang dihasilkan dijual kepada perusahaan yang mengolahnya menjadi biodiesel dengan harga tertentu. Dalam hal ini peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal penyediaan bibit dan penentuan harga minimum dari buah Jarak Pagar, agar petani tidak dirugikan.
Jika petani diberi hak mengelola tiga hektar lahan kering, dengan kerapatan tanaman 2500 pohon per hektar dan produktivitas 10.000 kilogram biji per hektar serta harga biji lima ratus rupiah per kilogram, setiap keluarga petani akan memperoleh panghasilan satu juta dua ratus lima puluh ribu per bulan hanya berasal dari penjualan biji jarak (Anonim, 2005:2). Pendapatan ini dapat bertambah jika bagian lain dari tanaman juga dimanfaatkan
Menurut Humas (2005:2), dari tiga juta hektar lahan kering akan dihasilkan 92.000 barel minyak per hari. Untuk memnuhi lahan tersebut diperlukan 7,5 miliar bibit. Bila dari seluruh tanah tandus seluas 13 juta hektar ditanami jarak, maka akan dihasilkan lebih dari 400.000 barel minyak per hari. Dengan demikian kita akan mengehmat penggunaan devisa negara yang biasa digunakan untuk mengimpor solar.
Dalam Kompas (2005: 14), biaya produksi biodiesel tergolong murah, rata-rata biaya produksinya antara 600 hingga 100 per liter. Harga jual netto minyak jarak tersebut diperkirakan Rp. 1.400-Rp. 2.100 per liter, harga ini jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga minyak saat ini. Sehingga , pengolahan jarak menjadi biodiesel yang relatif mudah dapat dilakukan dalam usaha skala kecil yang tidak membutuhkan modal yang besar. Sehingga hal ini pun akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.
Potensi lain adalah ekspor biodiesel ke berbagai negara maju yang saat ini sedang gencar-gencarnya menekan emisi gas rumah kaca. Negara-negara maju seperti Jerman, Amerika Serikat, dan Brasil saat ini juga sedang mengembangkan penggunaan biodiesel. Jika Indonesia mampu mengembangkan biodiesel dari minyak jarak dengan kualitas yang bagus, pasar internasional terbuka untuk Indonesia.
Prospek Penggunaan Biodiesel dari Tanaman Jarak di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang kaya kan berbagai sumber energi fosil, akan tetapi hal yang tetap harus diingat adalah bahwa penggunaan bahan bakar fosil secara terus menerus dapat mengakibatkan pencemaran dan krisis energi fosil.
Di Indonesia terdapat banyak lahan kritis yang tidak dapat ditanami karena humusnya hilang. Jarak adalah tanaman yang dapat hidup dalam segala kondisi, sehingga tanaman jarak dapat ditanam di lahan-lahan kritis tersebut. Hal ini akan membawa keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat Indonesia. Keuntungan yang langsung dapat diperoleh berupa lapangan pekerjaan yang akan memberi keuntungan secara finansial, sedangkan keuntungan tidak langsung yang diperoleh berupa pengurangan polusi udara dan penghijauan kembali lahan-lahan kritis yang dapat mengurangi banjir dan bencana alam lain.
Tanaman jarak jenis penghasil biodiesel ini sebenarnya sudah sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan sebutan tanaman jarak pagar. Sehingga pembudidayaan tanaman ini tidak akan menjadi hal yang asing bagi masyarakat Indonesia.
Hanya saja untuk hasil yang maksimal, pemerintah perlu mengadakan suatu program penelitian untuk menghasilkan bibit jarak pagar yang berkualitas unggul, sehingga dapat dihasilkan biodiesel yang berkualitas unggul pula.


BAB III
KESIMPULAN
Biodiesel merupakan sumber energi alternatif pengganti solar. Biodiesel termasuk sumber daya alam terbarui karena berasal dari tumbuh-tumbuhan. Biodiesel memiliki angka setana yang lebih tinggi daripada solar, sehingga penggunaannya lebih efisien.
Biodiesel merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, karena sisa pembakaran mesin yang menggunakan biodiesel menghasilkan emisi gas buang, asap dan partikel yang lebih rendah daripada solar. Selain itu dengan memproduksi dan menggunakan biodiesel dalam skala besar berarti membuka kemungkinan penanaman kembali lahan-lahan kritis sehuingga menambah jumlah sumber pengahasil oksigen dan mengurangi karbondioksida.
Penggunaan biodiesel dari biji tanaman jarak secara tidak langsung akan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat Indonesia. Berupa lapangan kerja baru yang cukup menjanjikan. Biodiesel dari tanaman jarak sangat cocok utnuk diterapkan di Indonesia, karena bahan baku yang dapat disediakan dengan melimpah, dan juga tersedianya lahan-lahan kritis yang dapat menunjang produksinya.
Pemerintah hendaknya mulai merancang UU mengenai penggunaan biodiesel di indonesia, sehingga biodiesel benar-benar dapat diterapkan di Indonesia secara optimal. Pemerintah hendaknya memberikan penyuluhan dan penerangan pada masyarakat luas mengenai manfaat dan keuntungan yang diperoleh dari biodiesel. Pemerintah harus menyediakan tempat-tempat penjualan biodiesel, sehingga biodiesel dapat diperoleh dengan mudah oleh konsumen. Selain itu pemerintah juga harus mengatur sistem perdagangan biodiesel di Indonesia. Pemerintah harus menekan penggunaan bahan bakar minyak oleh masyarakat dengan cara memberlakukan pajak tidak langsung bagi pengguna bahan bakar minyak dan memberi subsidi bagi pengguna bahan bakar alternatif.

AFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Biodesel biji jarak jarak http://cdc.eng.ui.ac.id/article/articleprint/3241/-1/2/,  Biodesel Biji Jarak
Anonim. 2013. Bus mudik menggunakan biodesel http://www.bppt.go.ig/berita/news2.php?id=814, .
Anonim. 2013. Biodesel dari tanaman jarak sebagai energi alternatf penggantisolar.http://gbioscience05.wordpress.com/2008/04/20/biodiesel-dari-tanaman-jarak-sebagai-energi-alternatif-pengganti-solar/




pidato bahasa inggris

Assalamualaikum Wr Wb.

With all due respect to the honorable judges, to the lecture from department of biolgy, all of mybeloved friends from 2010 priode’s and all the audience here, ladies and gentlemen…

First of all, let us thanks to Allah SWT because of his blessings, we all can gather here on this barokah place. Shalawat and prayer, we will say to our greatest prophet Muhammad SAW, his family, his friends and his followers. Amien.

Ladies and gentleman,
The biggest challenge that mankind is facing in this century is “Global Warming”. Every nation, every forum, every where and in everything, they discuss about global warming and how to save our mother earth from this biggest threat. With the number of natural disasters growing high everyday, it is like the earth is crying out loud for our help. We must do our part and it will be our next generation that will feel the effect.

Ladies and Gentleman,
As a member of young generation, I would be lying if I said I don’t have worries about the future. Of all the dramatic consequencees of our unressponsive reactions, apathetic responses and global indifference, we can no longer say, “Well, at least it won’t happen in my life.” Because the truth is that deadline is drawing closer.

First, I’m going to explain, to Go Green can refer to many different ways you can choose more enviromentally friendly behaviors over those enviromentally friendly. Going green can mean baby steps, where you gradually replace a few things you might do a regular basis, with other things you can do that won’t cause such a debt to the environment. Sometimes in individual or companies and orga anizations make a choice to go green in very big ways, by replacing a number of systems or behaviors with ones that will either be helpful, or at least not harmful to the planet.
We as an individual also can make a difference . The question for us now is, how can we as individuals do our part to save our world?
The answer is simpler than you may think. You don’t have to go miles away from home to protest or spend masses of money. If you try to follow the few simple steps I shall now give you, you will have started to help our world.

Firstly, plant a tree. This could be easier than it sounds. Join or help out a local wildlife group and ask to plant a tree. Trees, when fully grown, will help keep the planet cooler. On the same point , you could protest against the demolition the rainforests. This is the same principle, we need the trees to cool our planet and yet they are chopping them down to create roads or homes. It means, beside planting trees, we must also say no to illegal logging.

Second, vehicular pollution is the most major cause of air pollution in big cities. While no one is saying stop driving cars, but we can be smart about it. Walk or use public transport whenever you are going to a near by place or to school. Carpooling or even riding a bicycle is a great way to cut down both fuel costs and pollution and also help us to keep fit.

Ladies and gentleman,
If everybody stuck to these rules, we should be doing a great thing by protecting the earth. So please take into consideration to what I’ve said and try to do your part. I’m just an ordinary kid hoping that hopefully being here today and speaking can somehow make tomorrow a better place for myself and my generation and those who follow. But it will take more than hope to fix the situation we have found ourselves in. Our cause doesn’t start and end with this rally. We must continue this struggle tomorrow and the day after and carry with us this dedication to preservation of this planet, it’s resources and it’s life forever onward, that maybe it might be instilled into the hearts of those around us. Like most of you, I’m just an ordinary person trying to make a difference. I’m asking you now please join me. This earth belongs to us as human, when anything bad happens to it, we are in charge to make it right.

Thank you for your attention. I hope it can change our mind from now.. Go Green, Go Green, Go Green and the last I say Wassalamualaikum wr, wb.

POTENSI TUMBUHAN PETAI CINA (Leucaena glauca) TERHADAP MORTALITAS CACING PARASIT AYAM ( Ascaridia galli)

BAB I
PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang
Penyakit ascariasis merupakan infeksi parasit yang sering kita jumpai di manusia dan hewan Indonesia. Pada peternakan ayam disebabkan oleh cacing Ascaridia galli menyebabkan menurunnya hasil produksi peternakan ayam, sehingga komoditas peternakan ayam sebagai salah satu penghasil protein hewani tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Penyakit ascariasis disebabkan oleh nematoda jenis Ascaridia galli. Penyakit ini sering menginfeksi unggas, sehingga sangat merugikan para peternak ayam yang dapat mengurangi dan menurunkan tingkat perekonomian peternak (Suparman, 2006).
Gangguan penyakit pada ternak merupakan salah satu hambatan yang dihadapi dalam pengembangan peternakan. Peningkatan produksi dan reproduksi akan optimal, bila secara simultan disertai penyediaan pakan yang memadai dan pengendalian penyakit yang efektif. Beberapa penyakit hewan di Indonesia, terutama penyakit parasit yang masih kurang mendapat perhatian dari para peternak. Penyakit parasit ini biasanya tidak mengakibatkan kematian ternak, karena sesuai dengan sifat parasit itu sendiri, namun menyebabkan kerugian yang sangat besar berupa penurunan berat badan dan daya produktivitas hewan (Rasyaf, 1996). Dengan demikian maka diperlukan alternatif pengobatan terhadap parasit ayam.
Pengobatan parasit pada ayam dapat diobati dengan memakai beberapa jenis tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai anthelmintik. Tumbuh - tumbuhan merupakan salah satu sumber senyawa bahan alam hayati yang memegang peranan penting dalam pemanfaatan zat kimia berkhasiat. Pemanfaatan bahan yang berasal dari alam sebagai alternatif anthelmentik ascariasis yang mempunyai daya potensi pembasmi cacing lebih baik dibandingkan dengan obat-obat yang dibuat secara kimiawi. Salah satu bahan dari alam yang berpotensi sebagai anthelmentik adalah petai cina (Leucaena glauca).
Tumbuhan petai cina (Leucaena glauca), menurut beberapa sumber bahwa daun dan biji dari tumbuhan ini memiliki khasiat sebagai anthelmintik. Biji merupakan obat cacingan (Ladion, 1999). Selain itu biji bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan sehari-hari dan daunnya bisa dijadikan sebagai bahan makanan ternak, daun ini banyak mengandung protein, kandungan gizi yang terdapat 40% (Hartono. 2002).
Penelitian-penelitian terhadap bahan alami oleh para ahli sebagai obat tradisional yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Baik tanaman tersebut diambil dari buah, biji, daun, akarnya, ataupun bagian lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amanullah (2008), membuktikan secara invitro bahwa infus biji dan infus daun petai cina (Leucena glauca) mempunyai daya anthelmintik terhadap cacing Ascaridia galli pada ayam (konsentrasi infus daun 41.755gram/100ml dan konsentrasi infus biji 65.061gram/100ml). Tanaman petai cina hampir semua dari tumbuhan ini secara empiris telah digunakan sebagai anthelmentik. Diduga zat aktif dalam petai cina selain mimosin dan tanin ternyata saponin juga merupakan senyawa anthelmentik. Sedangkan menurut Ratnawati, dkk., (2013), ekstrak putri malu (Mimosa pudica L.) memiliki daya anthelmintik terhadap cacing gelang babi (Ascaris suum L.). Hal ini diperkuat oleh Candra, dkk., (2007) bahwa akar tanaman putri malu (Mimosa pudica L.) mempunyai potensi anthelmintik terhadap Hymenolepis nana pada mencit. Mimosa pudica merupakan species yang satu family Leguminoceae dengan Leucaena glauca, yang memilki sifat anthelmintik yang mampu mengurangi jumlah cacing dengan kandungan zat aktif mimosin sebagai unsur utama ekstrak akar tanaman dan tannin.
Adapun senyawa kimia yang terkandung di dalam petai cina adalah zat aktif yang berupa alkaloida, saponin, ilavonoida, tanin, flavonoid, mimosin, leukanin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan vitamin B. Secara empiris masyarakat banyak menggunakan daun, biji dan organ tumbuhan lainnya dari petai cina (Leucaena glauca) sebagai obat cacingan (ascariasis). Di samping itu petai cina sebagai TOGA (tanaman obat keluarga), sehingga penggunaannya sebagai anthelmentik yang mudah diperoleh oleh masyarakat, dan bagi peternak ayam petai cina juga sangat membantu dalam menghindari adanya penyakit ascariasis.

    1. Perumusan masalah
  1. Apakah air perasan daun dan biji petai cina
    (
    Leucaena glauca) dengan berbagai konsentrasi memiliki pengaruh terhadap lama mortalitas cacing Ascaridia galli?
    1. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh terhadap lama mortalitas cacing Ascaridia galli pada air perasan daun dan biji petai cina (Leucaena glauca).
    1. Manfaat
  1. Memberikan informasi kepada dunia ilmu pengetahuan tentang penggunaan obat alternatif anthelmentik perasan daun dan biji petai cina (Leucaena glauca) terhadap cacing Ascaridia galli.
  2. Dapat digunakan sebagai landasan atau dasar pengobatan alternatif terhadap penyakit Ascariasis pada ternak ayam sehingga akan meningkatkan efisiensi pengobatan.
  3. Meningkatkan produksi dalam bidang peternakan khususnya peternak ayam.

     

Minggu, 16 Februari 2014

THE EFFECT OF SNOWBALL THROWING ON STUDENTS’ READING COMPREHENSION ABILITY



(Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unisma)
Abstract: This research study aims at investigating whether there is significant difference on the students’ reading comprehension ability before and after being taught using snowball throwing. The research design of this study was experimental research. The researcher applied quasi-experimental, non randomized pre test and post test design, the variables examined in this research were independent variable teaching English using snowball throwing and dependent variable students’ reading comprehension. In the end of the research, the researcher concluded that the effect of snowball throwing on students’ reading comprehension ability by comparing the test result between the pre-test and post test in two groups. The findings of the research showed that there was not a significant difference on students’ reading comprehension achievement that were given treatment by using snowball throwing and those were not given treatment of snowball throwing. The value of observed F ratio was 1.26. the researcher then compared it to the critical F value. The critical F found in Table of F distribution with df 1/31 at level of significane 0.01 was 7.52. So, it was clear that the value of observed F value was not higher than the critical F value. It mean that snowball throwing had not significant effect on the students’ reading comprehension achievement.

Key Words: Snowball throwing, Reading process, Reading comprehension Ability
INTRODUCTION
The teaching of English has become increasingly important as a foreign language in Indonesia. It is the first foreign language in Indonesia. It is a compulsory subject to be taught for three years at junior high schools and for three years in senior high school. English also has been taught in elementary school as an elective subject since the implementation of the 1994 curriculum. It seems the development of English language teaching in Indonesia touches the recent English curriculum objectives. The general standard objectives of English language teaching at senior high schools in Indonesia are determined as follows: developing communicative competence both in oral and written in order to reach the level of informational literacy, raising awareness of the nature of English as a foreign language in order to compete with other countries in global community, and developing comprehension of students about the relation between language and culture. (Musthafa, 2001:297).
The important features of school based competence are competence standards and basic competence. The competence standards in English curriculum are speaking, listening, reading, and writing. Each competence standard has several basic competences. Those basic competences are distributed into three years or three grades in senior high school. Those are the minimum competences which students should reach in each grade. To reach the basic competence in each grade, teacher formulates some teaching and learning objective in particular meetings.
The focuses of English language teaching in senior high school based on English school-based curriculum are as follows: First, discourse ability is students’ competence to understand and procedure oral and written texts in relation to four language competences (listening, speaking, reading, and writing). Second, students’ competence to comprehend and procedure various short functional and monolog texts, and essay texts such as procedure, descriptive, recount, narrative, report, news item, analytical exposition, hortatory exposition, spoof, explanation, discussion, review, and public speaking. Third, other competences are linguistic competence (grammar, vocabulary, spelling, and written rules), social culture competence (language expression based on the community context),strategic competence (problem solving in communication occurred), and discourse maker competence. (Musthafa, 2001:301).
As we know that most of learners told the students’ problem in learning reading such as they do not have enough vocabulary, are lazy to and not used to reading printed materials. Based on those problems, most of learner has difficulty in reading the text. According to Gabb (2000) in Alyousef, poses a very important question why learners face difficulties in moving into fluency stage although they have had basic decoding skills. She identifies a number of “barriers” for the reader was limited vocabulary and lack of background knowledge (schematic knowledge).
Teaching reading comprehension is very important, because it can be used to develop the ability to read not only the textbook but also other reading materials. Therefore, reading ability is very important for the students of English as foreign language. Teacher should have good method to teach learners and make the learners understand the text well. Because when the students are taught using conventional method, the teaching process only focus on the teacher and the learner not pay attention to the teacher. Learning method constitutes from theory constructivism and cooperative learning model that students trained to find many information from their idea and solve the problems with sharing and discussion by their classmates.
According to the statement above, the researcher purposes the Snowball Throwing as a method of teaching reading. It’s known that reading is one of important skills in the school; the examinations of English also use text to measure of student understanding about the text. The students should have good comprehension in the process of reading to understand the text and order to pass the exam.
Snowball throwing is one of the cooperative learning that focused on group work using discussion in which every group asks questions to another so that the group will work cooperatively to solve the problem. In other word, each individual in groups will have been responsible for explaining what they have known based on the question that given from the other members in different groups. Based on Hardian snowball throwing is a teaching technique that can improve the student’s attention in comprhension of text. Through snowball throwing technique the students invite to lokk for information generally, and decide the chief to manage discussion in the group. Every group writes questions given to another group, and another group answers the question and take a conclusion from the result of group’s answer of the question that have been received by them.
METHOD
The researcher used quantitative research in the form of quasi-experiment as research design. Based on Ary (2010:265), the experiment is a scientific investigation in which the researcher manipulates one or more independent variables, controls any other relevant variables, and observes the effect of the manipulations on the dependent variable(s).
In this research, the researcher used quasi experimental design in which there were experimental and control groups. According to Wiersma, W (1991: 135) quasi-experimental research involves the use of intact groups of subjects in an experiment, rather than assigning subject at random to experiment treatment. The researcher uses the quasi-experimental research because in this study the researcher uses all of subject in group to get a treatment.
In this research, there were two groups: experimental and control groups. The researcher gave different treatments to experimental and control groups. In experimental group, the researcher gave treatment using Snowball throwing, but in control group conventional teaching was used.
The population of this research was all students of first year students of MA MIFTAHUL MA’ARIF. There are 34 students of first year students and only one class. In this research, the researcher took one class from as the sample in this research which consists of 34 students. The sample was non-randomized design. Group A was control group and group B was experimental group. Experimental group is the group that got a treatment from the researcher in the teaching process by snowbal throwing approach. Meanwhile control group is the group that taught by using conventional approach.
In this research, since the samples are first year students, The researcher was teaching about narrative text for both experimental and control groups. During the treatment for both experimental and control groups, the researcher uses the same guidance English book as the related teacher used (i.e. English in focus). The researcher also use another related sources from story princes mandalika.
After the treatment has already been given to the students, the researcher conducted the post-test. The purpose of the post-test was to know whether the treatment of using snowball throwing method in learning could be effective or not for students’ reading comprehension in MA MIFTAHUL MA’ARIF.
Post test was have the same number as the pre-test but different items. In post test, the items were about materials given, that is narrative text. The validity of post-test can be seen from the content of the test. The content of the test was relevant with the material given during experiment or treatment. So this test was measured what should be measured.
The questions of post test were taken from English book during the treatment (i.e. English in focus). Besides, the researcher was consulting the item of test to the related English teacher.
The data analysis was used to determine the effect of using snowball throwing method implemented to the experimental group to get better English reading comprehension. It could be indicated by pre-test and post-test scores. The scores from both the pre-test and the post-test collect was analysis by using Analysis of Covariance (ANCOVA). 
FINDINGS AND DISCUSSIONS

This section focused on pre-test and post-test scores analysis of both experimental group and control group and the hypothesis testing. The result of pre-test scores of the experimental and control groups were presented in Appendix 1 and 2. After analyzing the data, the researcher found that the average scores group was different. The pre-test score of experimental group was 11.70 and control group was 10.82. The post test score of experimental was 14.29; whereas, the control group was 12.82.

Table 2: The Computation of Data Analysis of ANCOVA

Experimental group


Control group

Total
N1       = 17      
     = 658
   = 26076
     = 805
   = 39683
= 31275

N2       = 17
     = 610
   =  22882
    = 722
   =31598
= 26365
Ntotal         = 34
     = 1268
total    = 48958
    = 1527
total    = 71281
        = 57640

The data analyzed by ANCOVA. Then, the resarcher tested the hypothesis by noticing at the above calculation that listed the value as shown in Table 4.1. The value of observed F ratio was 1.26. the researcher then compared it to the critical F value. The critical F found in Table of F distribution with df 1/31 at level of significane 0.01 was 7.52. So, it was clear that the value of observed F value was not higher than the critical F value (observed F< critical F).
Based on the table above, the researcher found that there was not a significant difference on students’ reading comprehension achievement that were given treatment by using snowball throwing and those were not given treatment of snowball throwing. It meant that the alternative hypothesis was not accepted, and the null hypothesis, that there was no significant difference between the reading comprehension achievements of two groups was accepted. In brief, snowball throwing had not significant effect on the students’ reading comprehension achievement.




Table 3: Summary of ANCOVA with Pre-test as Covariate
Source of Variance
SS’
Df
MS’
F
Level of Significance
Between Group
 94.92
1
94.92
1.26
0.01
Within Group
2329.32
31
75.14


Total
2424.24





In this section, the researcher discussed further about the research findings. In correlation with the research problem, the findings showed that there was no significant difference on the students’ reading comprehension achievement between students who were taught by snowball throwing and those who were taught by conventional teaching. This finding of this research was different from the finding in the previous one conducted by Sa’adatuddaroini (2011). She found that teaching reading by using snowball throwing is more effective than conventional teaching.
In this research, the researcher found that the experimental group used student-centered approach and the Control group focused on the researcher-centered approach, all the students had the same ability and the same competence but they had different enthusiasm and motivation. In the teaching process, the researcher found that the students in the experimental group were enthusiastic to study more about reading. During teaching learning process, students were asked in group. The group was consists of four to five students. Students should read the text together with their partner in a group. After the students finish reading the text, students were take individual quiz related to the text that already discussed with their partner. Students were not permitted to help one another during quizzes. Thus, every student is individually responsible for knowing the material. Students who have high score got additional point from the researcher.
And then, the procedures in the experimental groups the students felt interested, but the result of their learning using snowball throwing were same with the students who used conventional method. It was because the students less seriously, boring and lazy  in learning using snowball throwing.

CONCLUSIONS AND SUGGESTIONS
As mention in the first section, the researcher investigated whether or not there is any significant improvement of English reading comprehension of the first year students at MA MIFTAHUL MA’ARIF PRAYA. To answer this research problem, the researcher presented the statistic result and the description of the finding this study. After analyzing the data, the researcher found that the average score of each group was different. The pretest score of experimental group was 11.70and control group was 10.82. Then the posttest score of experimental group got 14.29 whereas, the control group got 12.82. The researcher analyzes use ANCOVA, from several calculations in the previous chapter; it was known that the observed F value was 1.26. After checking out in the table, it was found that critical with df 31 at 0.01 level of significance was 7.52. It means that observed F value was not higher than critical F value.
Based on what had been stated above, the researcher concluded that there was not a significant difference on students’ reading comprehension taught by using snowball throwing and those taught by using conventional teaching. It means that the null hypothesis is accepted and the research hypothesis is rejected. From the explanation above, it could be said that teaching English using snowball throwing is not as effective as using conventional teaching.
In accordance with the result of the study, the researcher provided suggestions for the English teacher and future researchers. First, the English teacher should think about using snowball throwing in order to get better comprehension as proven from the result of this study. Then the teacher should choose the appropriate materials related to the topic to improve the students’ interest and active in the learning process. In making variation of the activities, the teacher can improve from the original one combine with the new one that is snowball throwing method.
The next suggestion is directed to future researchers. First, the future researchers are expected to take longer time to conduct such study in order to enlarge the treatment and to be able to improve reading comprehension, besides that she or he should do the research intensively so that the result can be reliable and valid. Then, for the future researchers who use snowball throwing should enlarge his or her understanding about snowball throwing and change the supplementary materials correlated to its classroom activities.