Kamis, 27 Februari 2014

POTENSI TUMBUHAN PETAI CINA (Leucaena glauca) TERHADAP MORTALITAS CACING PARASIT AYAM ( Ascaridia galli)

BAB I
PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang
Penyakit ascariasis merupakan infeksi parasit yang sering kita jumpai di manusia dan hewan Indonesia. Pada peternakan ayam disebabkan oleh cacing Ascaridia galli menyebabkan menurunnya hasil produksi peternakan ayam, sehingga komoditas peternakan ayam sebagai salah satu penghasil protein hewani tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Penyakit ascariasis disebabkan oleh nematoda jenis Ascaridia galli. Penyakit ini sering menginfeksi unggas, sehingga sangat merugikan para peternak ayam yang dapat mengurangi dan menurunkan tingkat perekonomian peternak (Suparman, 2006).
Gangguan penyakit pada ternak merupakan salah satu hambatan yang dihadapi dalam pengembangan peternakan. Peningkatan produksi dan reproduksi akan optimal, bila secara simultan disertai penyediaan pakan yang memadai dan pengendalian penyakit yang efektif. Beberapa penyakit hewan di Indonesia, terutama penyakit parasit yang masih kurang mendapat perhatian dari para peternak. Penyakit parasit ini biasanya tidak mengakibatkan kematian ternak, karena sesuai dengan sifat parasit itu sendiri, namun menyebabkan kerugian yang sangat besar berupa penurunan berat badan dan daya produktivitas hewan (Rasyaf, 1996). Dengan demikian maka diperlukan alternatif pengobatan terhadap parasit ayam.
Pengobatan parasit pada ayam dapat diobati dengan memakai beberapa jenis tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai anthelmintik. Tumbuh - tumbuhan merupakan salah satu sumber senyawa bahan alam hayati yang memegang peranan penting dalam pemanfaatan zat kimia berkhasiat. Pemanfaatan bahan yang berasal dari alam sebagai alternatif anthelmentik ascariasis yang mempunyai daya potensi pembasmi cacing lebih baik dibandingkan dengan obat-obat yang dibuat secara kimiawi. Salah satu bahan dari alam yang berpotensi sebagai anthelmentik adalah petai cina (Leucaena glauca).
Tumbuhan petai cina (Leucaena glauca), menurut beberapa sumber bahwa daun dan biji dari tumbuhan ini memiliki khasiat sebagai anthelmintik. Biji merupakan obat cacingan (Ladion, 1999). Selain itu biji bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan sehari-hari dan daunnya bisa dijadikan sebagai bahan makanan ternak, daun ini banyak mengandung protein, kandungan gizi yang terdapat 40% (Hartono. 2002).
Penelitian-penelitian terhadap bahan alami oleh para ahli sebagai obat tradisional yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Baik tanaman tersebut diambil dari buah, biji, daun, akarnya, ataupun bagian lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amanullah (2008), membuktikan secara invitro bahwa infus biji dan infus daun petai cina (Leucena glauca) mempunyai daya anthelmintik terhadap cacing Ascaridia galli pada ayam (konsentrasi infus daun 41.755gram/100ml dan konsentrasi infus biji 65.061gram/100ml). Tanaman petai cina hampir semua dari tumbuhan ini secara empiris telah digunakan sebagai anthelmentik. Diduga zat aktif dalam petai cina selain mimosin dan tanin ternyata saponin juga merupakan senyawa anthelmentik. Sedangkan menurut Ratnawati, dkk., (2013), ekstrak putri malu (Mimosa pudica L.) memiliki daya anthelmintik terhadap cacing gelang babi (Ascaris suum L.). Hal ini diperkuat oleh Candra, dkk., (2007) bahwa akar tanaman putri malu (Mimosa pudica L.) mempunyai potensi anthelmintik terhadap Hymenolepis nana pada mencit. Mimosa pudica merupakan species yang satu family Leguminoceae dengan Leucaena glauca, yang memilki sifat anthelmintik yang mampu mengurangi jumlah cacing dengan kandungan zat aktif mimosin sebagai unsur utama ekstrak akar tanaman dan tannin.
Adapun senyawa kimia yang terkandung di dalam petai cina adalah zat aktif yang berupa alkaloida, saponin, ilavonoida, tanin, flavonoid, mimosin, leukanin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan vitamin B. Secara empiris masyarakat banyak menggunakan daun, biji dan organ tumbuhan lainnya dari petai cina (Leucaena glauca) sebagai obat cacingan (ascariasis). Di samping itu petai cina sebagai TOGA (tanaman obat keluarga), sehingga penggunaannya sebagai anthelmentik yang mudah diperoleh oleh masyarakat, dan bagi peternak ayam petai cina juga sangat membantu dalam menghindari adanya penyakit ascariasis.

    1. Perumusan masalah
  1. Apakah air perasan daun dan biji petai cina
    (
    Leucaena glauca) dengan berbagai konsentrasi memiliki pengaruh terhadap lama mortalitas cacing Ascaridia galli?
    1. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh terhadap lama mortalitas cacing Ascaridia galli pada air perasan daun dan biji petai cina (Leucaena glauca).
    1. Manfaat
  1. Memberikan informasi kepada dunia ilmu pengetahuan tentang penggunaan obat alternatif anthelmentik perasan daun dan biji petai cina (Leucaena glauca) terhadap cacing Ascaridia galli.
  2. Dapat digunakan sebagai landasan atau dasar pengobatan alternatif terhadap penyakit Ascariasis pada ternak ayam sehingga akan meningkatkan efisiensi pengobatan.
  3. Meningkatkan produksi dalam bidang peternakan khususnya peternak ayam.

     

Tidak ada komentar: